Senin, 28 Desember 2020

Model Pembelajaran Discovery Learning

 Discovery merupakan cara belajar dengan membangkitkan rasa ingin tahu (curiousity) peserta didik untuk mengeksplorasi dan belajar sendiri. Pemahaman suatu konsep didapat peserta didik melalui proses yang lebih menekankan kepada proses penemuan konsep dan bukan pada produknya. Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving. Ketiganya tidak ada perbedaan yang prinsip, hanya saja Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian sederhana. Problem solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.

Prinsip belajar dalam Discovery Learning adalah materi atau bahan yang akan dibelajarkan tidak disampaikan dalam bentuk final; peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

Tahapan Discovery Learni ada empat tahap, yaitu: (1) data dikemukakan kepada peserta didik, (2) peserta didik menganalisis strategi untuk mendapatkan konsep-konsep, (3) peserta didik menganalisis jenis-jenis konsep, yang sesuai dengan umur dan pengalaman peserta didik, (4) peserta didik mengaplikasikan konsep

Proses mental yang dikembangkan dalam pembelajaran dengan discovery learning meliputi kegiatan: (1) mengamati, (2) menggolong-golongkan, (3) membuat dugaan/rumusan., (4) mengukur, (5) mengumpulkan data, (6) menarik kesimpulan.

Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning

Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, secara umum ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut.

a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.  Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.

b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut  permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

c.  Data Collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik agar mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya  hipotesis. Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

d.  Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

e.  Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.  Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

f.  Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka  dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan  peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran  atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

Model Pembelajaran Project Based Learning/PjBL

Model pembelajaran merupakan implementasi seluruh komponen pendekatan, strategi, metode yang diterapkan secara menyeluruh dan utuh dalam proses pembelajaran. Kurikulum 2013 menitikberatkan pada pola atau model yang mendukung terjadinya proses pembelajaran saintifik, seperti Project Based learning, Problem Based Learning/Problem Solving/Inquiry, Discovery Learning.

Project Based Learning/PjBL (Pembelajaran Berbasis Proyek)

  Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan cara belajar dengan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya pada aktivitas nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk memfasilitasi peserta didik melakukan investigasi dengan menggunakan permasalahan yang komplek. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.

     Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik, yaitu peserta didik: (a) membuat keputusan tentang permasalahan yang diberikan, (b) mendesain solusi atas permasalahan yang diajukan, (c) secara kolaboratif bertanggungjawab mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, (d) secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas  yang sudah dijalankan, (e) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, (f) situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

     Peran guru dalam  Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari peserta didik. Keuntungan melaksanakan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah meningkatkan: (a) kolaborasi, (b) motivasi belajar, (c) kemampuan memecahkan masalah. (d) keaktivan, (e) kemampuan mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi, (f)  keterampilan mengelola sumber belajar, (g) pengalaman dalam mengorganisasi tugas, (h) kemampuan untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

      Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek


       Diagram 1: Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek